Senin, 21 November 2011

                             SEKEDAR SHARING GAN,,
   Hoby hunter, menurut saya adalah hoby paling seru. Dimana kita bisa have fun, lupain semua masalah yang ada. selain itu kita juga dapat menikmati alam sekitar kita sepuasnya. Dalam hoby ini memang bisa dibilang hoby yang mahal, karena semua peralatan yang kita gunakan dalam berburu bisa dibilang mahal. Sebut saja senapan gejlug type 65 cm, double tabung, 4,5mm, dipasaran harganya berkisar antara Rp 800- 900,- ribuan. Bila menggunakan senapan tipe 90 cm, dengan double tabung harganya bisa mencapai 1 jt- 1,5 juta. Selain itu, harga peluru juga tidak bisa stabil, dikisaran 60rb-90rb per kilo nya. Belum lagi dengan penggunaan telescope untuk mempercantik tampilan senapan kita. Harga nya berkisar antara 400ribu-5,5 jt rupiah. Tapi buat penghobies hunter, saya rasa harga bukan lah masalah, yang penting adalah kepuasan saat berburu, itu yang tidak dapat dinilai dengan uang. Dalam berburu ini faktor utama yang harus selalu kita perhatikan adalah faktor savety, jangan sampai niat kita untuk hafe fun , tp malah menjadi bencana.
    Dalam berburu, kita jug aharus melihat medan dan situasi. Bila medan dan lokasi dekat dengan perumahan, sebaiknya jangan asal menembak sasaran, tapi kita perlu melihat arah laju peluru, akan mengarah ke perumahan atau tidak, karena senapan angin sangat berbahaya. Selain itu perlu diingat yaitu jam terbng kita memegang senapan, jangan sampai anak kecil, yang belum berpengalaman memegang senapan angin, karena mereka umunya kurang kontrol, dan dapat berakibat fatal.
    Selama ini daerah perburuan saya masih disekitar Blitar, jatim. Hewan buruan sangat berfariasi, dari burung derkuku, kunai, brenggi, ayam hutan, luak, kijang, sampai monyet.
Kalo menurut survei yang saya lakukan hewan buruan ini populasinya masih sangat terjaga, ini diketahui dari masih banyak nya dijumpai hewan-hewan tersebut. Tapi tetap semua itu memerlukan kearifan kita untuk menjaga populasinya agar tetap terjaga dan jangan sampai punah.
    


Sabtu, 19 November 2011

Kijang dan Rusa Diburu Bebas di Kalteng


 Kijang (Muntiacus Muncak) dan rusa (Gervus) yang termasuk jenis hewan dilindungi, hingga saat ini diburu secara bebas di wilayah kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah.
Di Muara Teweh perburuan hewan yang banyak di temui di beberapa kawasan di daerah ini sudah berlangsung puluhan tahun. Perburuan oleh warga masyarakat ini dilakukan dengan menggunakan jaring dari tali nylon (anyaman tali berbentuk jala) maupun senapan rakitan serta dibantu binatang piaraan seperti anjing yang sudah terlatih.
Salah seorang warga Muara Teweh, Ciyan mengakui biasanya hewan yang diburu warga masyarakat di daerah ini kebanyakan jenis kijang yang sangat mudah di temukan pada beberapa kawasan serta dagingnya di jual di pasaran Muara Teweh.
Kawasan yang menjadi arena perburuan menggunakan jaring itu sangat mudah di jangkau antara lain pinggiran jalan Muara Teweh-Banjarmasin, Muara Teweh-Puruk Cahu, jalan Teluk Mayang dan beberapa kawasan areal perkebunan masyarakat lainnya.
Dipilihnya kijang sebagai hewan buruan karena biasanya tidak jauh dari pemukiman penduduk di sekitar semak-semak belukar, katanya yang berburu kijang tersebut sudah puluhan tahun lalu.
Selain itu tubuh kijang yang ada di daerah ini beratnya yang pernah di temukan hanya 30 kilogram dan minimal 14 kilogram sehingga tidak merusak jaring.
Untuk mendapatkan hewan yang memiliki tanduk bercabang tersebut warga berpegang pada bekas jejak kakinya sehingga hewan itu mudah diketahui pasti masih tidak jauh berada di sekitar kawasan semak belukar.
Setelah itu dicari tempat untuk memasang jaring yang panjangnya mencapai ratusan meter, kemudian untuk mencari hewan itu dilepaslah anjing beberapa ekor.
"Tugas anjing tersebut hanya mencari tempat persembunyian hewan itu serta menggiring kijang tersebut untuk menuju tempat pemasangan jaring, dan anjing ini kalau sudah terlatih tidak mau memangsa hewan itu" katanya memiliki dua ekor anjing terlatih untuk berburu kijang ini.
Menurut dia, perburuan kijang ini biasanya hanya dilakukan pada pagi hingga siang hari dan kalau nasib baik dalam sehari bisa mendapat enam ekor sedangkan kalau lagi sepi hanya satu ekor.
Biasanya daging kijang ini di jual kepada pedagang di pasar sekitar Rp18.000/Kg dan penjualannya belum dipotong-potong jadi masih utuh satu ekor, namun sebelumnya isi perut dan hati dikeluarkan saat berada di sekitar hutan kemudian diberikan kepada anjing.
Kemudian daging kijang tersebut yang memiliki serat halus dibanding daging sapi dan rusa di jual kepada masyarakat oleh pedagang di pasar Pendopo Muara Teweh dengan harga berkisar Rp30 ribu - Rp35 ribu/Kg.
Berburu kijang ini lebih mudah dibanding dengan rusa yang hanya ditemukan di dalam hutan, selain itu hewan rusa itu beratnya hampir sama dengan sapi sehingga tidak bisa menggunakan jaring.
Perburuannya rusa dilakukan pada malam hari dengan menggunakan senjata senapan rakitan dan alat perangkap terbuat dari kawat besi sehingga hanya kijang yang sering dijadikan hewan yang disenangi oleh warga masyarakat untuk diburu. (*/erl)